Kamis, 27 Oktober 2016

Kecurangan atau fraud - auditing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecurangan atau fraud merupakan suatu kesalahan yang dilakukan secara sengaja. Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya diterapkan dalam suatu entitas. Penyimpangan tersebut akan berdampak pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Statement of Auditing Standart dalam Norbarani (2012) mendefinisikan fraud sebagai tindakan kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subyek audit. Salah saji material dalam laporan keuangan akan menyesatkan stakeholder atau pengguna laporan keuangan karena informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Kecurangan telah terjadi selama beberapa generasi. Kecurangan atau yang biasa disebut skandal keuangan telah melanda perekonomian dunia sebelum revolusi industry. Pada organisasi perusahaan, skandal keuangan tentu akan menyebabkan runtuhnya organisasi dunia.  Suatu kecurangan yang dilakukan tentunya harus dicegah dan dikendalikan secara efektif, sehingga dapat meminimalisir ataupun menghilangkan tindakan kecurangan yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1         Faktor-faktor apakah yang mendasari perusahaan melakukan skandal kecurangan?
1.2.2         Tindakan preventif apa saja yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengendalikan tindakan kecurangan pada stafnya?
1.2.3         Apa sajakah indicator penyebab kecurangan yang disampaikan dalam penelitian yang berjudul “ Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam Perspektif Fraud Triangle” ?
1.2.4         Apakah ada teori lainnya yang dapat digunakan sebagai landasan teori penelitian serupa “Teori Penyebab Kecurangan” ?
1.2.5         Bagaimana hubungan variable independen dengan variable dependen dakam penelitian tersebut ?
1.2.6         Apakah argument yang dikemukakan peneliti dalam merumuskan hipotesis sudah tepat ?
1.2.7         Apakah ada variable lain yang dapat digunakan untuk memprediksi kecurangan laporan keuangan ?
1.2.8         Bagaimana hasil penelitian dan kebermanfaatannya bagi stakeholder ?

1.3 Tujuan
1.3.1         Untuk menjelaskan faktor- faktor yang mendasari perusahaan melakukan skandal kecurangan.
1.3.2         Untuk mengetahui tindakan preventif yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengendalikan tindakan kecurangan pada stafnya.
1.3.3         Untuk mengetahui indicator penyebab kecurangan yang disampaikan dalam penelitian yang berjudul “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam Perspektif Fraud Triangle”.
1.3.4         Untuk menjelaskan teori lain yang dapat digunakan sebagai landasan teori penelitian serupa.
1.3.5         Untuk mengetahui hubungan variable independen dengan variable dependen dalam penelitian.
1.3.6         Untuk mengetahui tepat tidaknya argument yang dikemukan peneliti dalam merumuskan hipotesis.
1.3.7         Untuk mengetahui variable lain yang dapat digunakan untuk memprediksi kecurangan laporan keuangan.
1.3.8         Untuk menjelaskan hasil penelitian dan kebermanfaatannya bagi stakeholder.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1   FAKTOR- FAKTOR YANG MENDASARI PERUSAHAAN MELAKUKAN SKANDAL KECURANGAN
        Setiap tindakan kriminal seperti kecurangan tentu akan selalu didorong atau dipicu oleh suatu kondisi atau keadaan sebagai penyebab terjadinya suatu perilaku tersebut. Berikut faktor-faktor yang mendasari perusahaan melakukan skandal kecurangan, antara lain:
A.      Insentif atau Tekanan
Insentif atau tekanan merupakan suatu keadaan dimana manajemen dan pegawai memiliki tekanan untuk menyalahsajikan laporan keuangan secara material. Motivasi diri pelaku untuk melakukan kecurangan, yaitu : tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan lingkungan kerja, dan tekanan lainnya
B.     Kesempatan
Kesempatan merupakan  suatu  kondisi  yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk menyalahsajikan laporan keuangan. Kesempatan timbul terutama karena lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
C.      Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Dalam hal ini, pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang wajar dilakukan oleh orang lain, merasa berjasa besar terhadap organisasi dan seharusnya menerima lebih banyak dari yang diterimanya, dan menganggap bahwa kecurangan yang dilakukan merupakan solusi yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah.
          Selain yang di jelaskan di atas, peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan berupaya untuk menghilangkan atau meminimalisir sebab- sebab timbulnya kecurangan. Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu entitas apabila entitas tersebut memiliki, diantaranya : (a) Pengendalian intern tidak ada ataupun lemah dan dilakukan dengan tidak efektif, (b) Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka, (c) Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan, (f) Industry dimana perusahaan menjadi bagiannya memiliki sejarah atau tradisi kecurangan dan lain sebagainya.

2.2   TINDAKAN PREVENTIF YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN DALAM MENGENDALIKAN TINDAKAN KECURANGAN
2.2.1       Mencegah Fraud Dengan Pengendalian Internal
                Penerapan pencegahan fraud bisa dilakukan dengan sistem pengendalian intern. Berikut penjelasan serta hal-hal yang harus dilakukan perusahaan dengan penerapan sistem pengendalian intern tersebut, antara lain:
A.      Lingkungan Pengendalian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan pengendalian, meliputi:  integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan direksi dan komisaris atau komite audit, struktur organisasi, kebijakan dan praktik pembinaan SDM, dan perwujudan peran pengawas intern.
B.      Penilaian Risiko
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian  risiko meliputi : penetapan tujuan instansi secara keseluruhan, penetapan tujuan pada tingkat kegiatan, dan identifikasi risiko.
C.       Aktivitas pengendalian
Hal-hal yang harus dilakukan perusahaan dalam aktivitas pengendalian sebagai cara untuk mencegah fraud antara lain: (1) Melakukan pengamanan sistem informasi, akses, perangkat lunak dan pelayanan, (2) Melakukan perbandingan antara kinerja dengan tolak ukurnya dan nilai keberhasilannya, (3) Melakukan pengendalian kelengkapan, akurasi, dan keandalan pemrosesan, (4) Membuat strategi perencanaan dan pembinaan SDM dan dibuat uraian jabatan,  dan (5)Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan strategi kepada pegawai.
D.      Informasi dan Komunikasi
Hal-hal yang harus dilakukan perusahaan dalam informasi dan komunikasi sebagai cara untuk mencegah fraud antara lain: (1) Tugas yang dibebankan kepada pegawai seluruhnya dikomunikasikan dan diawasi pelaksanaannya, (2) Mengkomunikasikan tanggung jawab dan pentingnya pengendalian intern ke seluruh tingkatan, (3) Melaporkan informasi internal dan eksternal secara teratur kepada pimpinan atau kepada pihak-pihak yang terkait, dan (4) Ada keteraturan berkomunikasi dengan aparat pengawasan intern.
E.       Pemantauan
Hal-hal yang harus dilakukan perusahaan dalam informasi dan komunikasi sebagai cara untuk mencegah fraud antara lain: (1) Dapat mengidentifikasi adanya masalah pengendalian intern, (2) Ada rapat untuk meminta masukan tentang efektivitas pengendalian, (3) Ada strategi pemantauan berkelanjutan yang efektif, (4) Struktur organisasi dan supervisi dapat membantu mengawasi pengendalian intern.

2.2.2       Mencegah Fraud Dengan Menerapkan Manajemen Risiko
                Dalam perusahaan ada beberapa risiko yang dihadapi oleh manajemen antara lain risiko operasional, risiko keuangan dan risiko integritas. Untuk mencegah adanya kecurangan, maka diperlukan adanya penerapan manajemen risiko, khususnya pada risiko integritas.
                Untuk pemecahan masalah tersebut, maka perusahaan dalam manajemen risiko harus melakukan hal-hal berikut : (a) Perusahaan harus menerapkan misi yang baik  untuk memelihaara kedudukan yang baik di masyarakat, (b) Ada mekanisme umpan balik terhadap kebijakan, (c) Mengadakan pelatihan keamanan dan etika bagi karyawan, (d) Menerapkan pengendalian akuntansi yang andal, (e) Penyaringan yang seksama terhadap pelamar untuk menjadi pegawai baru dan lain sebagainya.

2.2.3       Mencegah Fraud Dengan Menerapkan Good Corporate Goverance (GCG)
Penerapan GCG sangat berpengaruh dalam mengimplementasikan tata kelola yang baik dalam perusahaan, sehingga  dapat mencegah fraud. Agar pencegahan tersebut berjalan dengan efektif, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG, yaitu: Prinsip transparansi, akuntabilitas, kewajaran, integritas, dan partisipasi.

2.2.4       Mencegah Fraud Dengan Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian
A.    Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.
B.Pengolahan Informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah secara lengkap dan akurat.
C.  Pengendalian Fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai terhadap fasilitas ya g terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk akses ke program computer dan data files serta perhitungan secara periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercanntum dalam catatan pengendali.
D.       Pemisahan Tugas
Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan.

2.3   INDIKATOR PENYEBAB KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM PENELITIAN
          Dalam penelitian tersebut, Cressey (1953) menyatakan bahwa fraud mempunyai tiga kondisi (fraud triangle) yang mendukung terjadinya fraud, yaitu insentif atau tekanan (pressure), peluang atau kesempatan (opportunity), dan dalih untuk membenarkan (rationalization).
Berikut penjelasan masing- masing indicator dengan variable yang digunakan, yaitu :
A.     Tekanan
Tekanan adalah dorongan seseorang untuk melakukan fraud, biasanya muncul karena kebutuhan financial, tetapi dapat juga karena keserakahan, seperti penggelapan uang perusahaan yang bermula dari kebutuhan ekonomi mendesak yang tidak dapat diceritakan oleh orang lain. Adapun variable yang digunakan meliputi :
1.       Financial stability pressure atau tekanan stabilitas keuangan merupakan kondisi perusahaan yang tidak stabil sehingga menjadi tekanan bagi manajemen karena dipandang dapat menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang.
2.       Financial targets atau target keuangan merupakan suatu target yang ditentukan oleh para pemegang saham agar manajemen perusahaan melakukan kinerja semaksimal mungkin.
B.     Kesempatan atau Peluang
Fraud juga terjadi karena adanya peluang seperti pengendalian yang lemah, tata kelola organisasi yang buruk, sikap manajemen yang lalai, apatis, acuh tak acuh dan gagal mendisiplinkan atau member sanksi pada pelaku. Adapun variable yang digunakan meliputi :
1.       Effective monitoring atau pengawasan yang efektif merupakan usaha manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk membandingkan realisasi kinerja dengan standar, rencana, atau tujuan yang telah ditetapkan.
2.       Organizational structure atau struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antar tiap bagian yang menggambarkan pemisahan posisi atau tugas dalam melakukan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan suatu organisasi (perusahaan).
C.      Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah pembenaran atas perbuatan pelaku. Adapun variable yang digunakan meliputi :
1.       Auditor opinion atau opini audit adalah suatu pernyataan auditor mengenai kesimpulan yang diperoleh atas laporan keuangan auditan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2.       Auditor change atau pergantian KAP adalah suatu perilaku dimana klien berpindah kantor akuntan publik secara sukarela maupun wajib.

2.4   TEORI LAIN YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN SERUPA “TEORI PENYEBAB KECURANGAN”
          Dalam jurnal, penelitian yang berjudul “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle” menggunakan teori  keagenan dan teori triange fraud sebagai landasan teorinya. Namun, selain itu ada beberapa teori lain yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengkaji mengenai penyebab terjadinya kecurangan, diantaranya adalah:
A.     Teori GONE  (GONE Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Jack Balogna yang diungkap pula dalam buku “Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional” oleh BPKP Tahun 1999. Terdapat empat faktor pendorong seorang untuk melakukan tindak kecurangan, yang dikenal dengan teori GONE, yaitu: Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan), dan Exposure (pengungkapan).
B.     Teori Monopoli (Klinggard Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Robert Klinggard dalam ”cleaning up and invigorating the civil cervice”. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fraud yaitu: C=M+D-A.
Menurut teori ini korupsi (corrupt=C) diartikan sama dengan monopoly (M) ditambah kebijakan (decretism=D) dikurangi pertanggungjawaban (Acountability). Fraud sangat bergantung pada monopoli kekuasaan yang dipegang oleh yang bersangkutan dan kebijakan yang dibuatnya. Namun, kedua faktor itu dipengaruhi pula oleh kondisi akuntabilitas.
C.      Teori C=N+K
Teori ini dikenal di jajaran atau profesi kepolisian yang menyatakan bahwa Kriminal (C) sama dengan Niat (N) dan Kesempatan (K). Teori ini sangat sederhana dan gamblang karena meskipun ada niat melakukan fraud, bila tidak ada kesempatan tidak akan terjadi.
D.     Teori French dan Raven
Menurut French dan Raven, ternyata setelah seseorang menjadi pelaku fraud, orang tersebut akan mempengaruhi orang lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan fraud. Pelaku fraud akan memengaruhi orang lain dalam melakukan kekuasaan. French dan raven dalam bukunya “The Basis of Social Power”membagi kekuasaan menjadi 5 variabel, yaitu:
1.       Reward power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan korban bahwa ia akan dapat keuntungan tertentu jika berpartisipasi dalam skema fraud yang dilakukan.
2.       Coercive power merupakan kemampuan dari pelaku fraud untuk membuat seseorang menerima hukuman jika mereka tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fraud.
3.       Expert power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk memengaruhi orang lain karena keahlian atau pengetahuan yang dimilikinya.
4.       Legitimate power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan calon pelaku bahwa pelaku fraud memiliki kekuasaan yang sesungguhnya atas diri calon pelaku.
5.       Referent power, yaitu kemampuan pelaku fraud untuk menghubungkan dirinya dengan  calon co-conspirator.
E.      Teori Dr. Steve Albrecht
Dr. Steve menyatakan ada dua spek yang sangat mempengaruhi orang untuk melakukan fraud, yakni aspek personal (personal integrity and situational pressure) dan aspek sistem lingkungan perusahaan (opportunity). Fraud akan rendah ketika integritas personal seseorang tinggi, kemudian sistem perusahaan baik (opportunity) dan tekanan dari lingkungan untuk melakukan fraud rendah.
F.      Teori Ramirez Torres
Menurut Torres suatu tindak korupsi (kecurangan) akan terjadi jika memenuhi persamaan berikut:
(Rc > Pty x Prob, yang dimana Rc = Reward, Pty = Penalty, Prob = Probability).
Seseorang akan melakukan korupsi (kecurangan) jika hasil (Rc=Reward) yang didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapatkan dengan kemungkinan (Prob=Probability) tertangkapnya yang kecil.
G.     Teori Richard C. Hollingger dan Jonh P. Clark
Hollingger dan Jonh P. Clark dalam buku “Theft by Employee”menyimpulkan bahwa pegawai melakukan fraud di tempat kerjanya semata-mata karena kondisi lingkungan kerja yang tidak memadai dan adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka.
2.5   HUBUNGAN VARIABEL INDEPENDEN DENGAN VARIABEL DEVENDEN DALAM PENELITIAN
Variable dependen dalam penelitian ini yaitu kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variable independen meliputi : financial stability pressure, financial targets, effective monitoring, organizational structure, auditor opinion, dan auditor change. Adapun hubungan dari masing- masing variable independen terhadap kecurangan laporan keuangan (variable dependen), sebagai berikut :
A.      Financial Stability Pressure
Financial stability pressure merupakan kondisi perusahaan yang tidak stabil dan  kinerja perusahaan terlihat menurun sehingga menjadi tekanan bagi manajemen. Dalam penelitian ini, hipotesis pertama menyatakan bahwa financial stability pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan secara umum perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki rata- rata pertumbuhan aset yang cukup tinggi.
B.      Financial Targets
Financial target merupakan target keuangan yang diberikan pemegang saham kepada manajemen perusahaan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa financial targets berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, karena suatu manajemen dengan target keuangan yang tinggi akan berusaha untuk mencapai target walaupun secara aturan itu salah.
C.       Effective monitoring
Effective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa effective monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
D.      Organizational structure
Organizational structure merupakan susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa organization structure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pergantian manajemen perusahaan dikarenakan periode jabatan yang telah berakhir, faktor usia dan lain sebagainya.
E.       Auditor opinion
Auditor opinion adalah laporan akuntanpublik sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa auditor opinion tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep keyakinan yang memadai.
F.       Auditor change
Auditor change merupakan perubahan atau pergantian auditor. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa auditor change tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
2.6   KETEPATAN ARGUMEN YANG DIKEMUKAKAN PENELITI DALAM MERUMUSKAN HIPOTESIS
Menurut kami, argument yang dikemukakan peneliti dalam merumuskan hipotesis kurang tepat, karena :
A.     Hipotesis Ditolak
1.       Hipotesis pertama (H1) : “Financial stability pressure berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.” Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan nilai signifikansi  0,461 > 0,05, yang artinya tidak berpengaruh dan hipotesis di tolak.
2.       Hipotesis ke empat (H4) : “ Organizational structure berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan nilai signifikansi 0,132 > 0,05, yang artinya tidak berpengaruh dan hipotesis di tolak.
B.     Kesalahan Penarikan Kesimpulan
1.       Hipotesis ketiga (H3): “Effective monitoring  berpengaruh negative terhadap kecurangan laporan keuangan”. Dalam pengujiannya nilai signifikansi 0,003 < 0,05, yang artinya berpengaruh. Dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan menerima hipotesis, yang seharusnya hipotesis ditolak. 
2.       Hipotesis kelima (H5) : “ Auditor opinion berpengaruh negative terhadap kecurangan laporan keuangan”. Dalam pengujiannya nilai signifikansi 0, 318 > 0,05, yang artinya tidak berpengaruh. Dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan menolak hipotesis, yang seharusnya hipotesis diterima.
3.       Hipotesis keenam (H6) :“Auditor change  berpengaruh negative terhadap kecurangan laporan keuangan”.  Dalam pengujiannya nilai signifikansi 0,234 > 0,05, yang artinya tidak berpengaruh. Dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan menolak hipotesis, yang seharusnya hipotesis diterima
2.7   VARIABEL LAIN UNTUK MEMPREDIKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Adapun beberapa variable lainnya yang dapat digunakan untuk memprediksi laporan keuangan , yaitu :
A.     Aktivitas Pengendalian
Secara umum komponen dari prosedur-prosedur pengendalian yang digunakan dalam lima kategori yaitu : Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai, pemisahan tugas, desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai, penjagaan aset dan catatan yang memadai, dan pemeriksaan independen atas kinerja.
B.     Sistem Kompensasi
Indikator sistem kompensasi meliputi : jenis standar kinerja yang digunakan, dasar promosi jabatan, dan  sosialisasi standar honorarium dan promosi.
C.      Moralitas
Moralitas adalah sifat moral/keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.  Moral dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan, yang memuat ajaran tentang baik buruknya perbuatan.
D.     Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
E.      Sistem Pengendalian Internal yang Efektif
Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya.
F.      External Pressure
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.
G.     Personal Financial Need
Personal financial need merupakan suatu kondisi di mana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan
H.     Nature of Industry
Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri.

2.8   HASIL PENELITIAN DAN KEBERMANFAATANNYA BAGI STAKEHOLDER
                Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 78 perusahaan manufaktur untuk satu tahun pengamatan. Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai Asymp Sig sebesar 0,072 yang berarti bahwa model regresi telah berdistribusi normal. Hasil uji multikolineritas memiliki nilai tolerance untuk masing- masing variable bebas lebih besar dari 0,10 atau nilai Variance Inflation factor kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolineritas. Hasil uji heteroskedastisitas memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang menyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil pengujian Goodness of Fit menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,370 yang berarti bahwa variasi kecurangan laporan keuangan (Y) mampu dijelaskan sebesar 37 % oleh variable independen yang digunakan, sedangkan sisanya sebesar 63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
                Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua faktor The Fraud Triangle yang dapat digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor tekanan yang diproksikan dengan variabel financial stability pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan proksi lainnya yaitu financial targets berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Indikator untuk faktor peluang yaitu effective monitoring berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan organizational structure tidak berpengaruh terhadap kecurangan. Faktor ketiga yaitu rasionalisasi yang diproksikan dengan auditor opinion dan auditor change tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
                Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi stakeholder, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan pemakai laporan keuangan mengenai cara mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan, memotivasi perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang bebas dari kecurangan dan salah saji yang material, serta sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa terkait dengan berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan.




















BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
                Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendasari perusahaan melakukan skandal kecurangan yakni tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan dapat mencegah tindakan kecurangan yaitu : melakukan pengendalian internal, menerapkan manajemen risiko, menerapkan GCG, dan mengefektifkan aktivitas pengendalian.
                Adapun indicator penyebab kecurangan yang disampaikan dalm penelitian tersebut meliputi : Financial stability pressure dan financial targets sebagai indikator tekanan, Effective monitoring dan organizational structure sebagai indikator peluang, Auditor opinion dan auditor change sebagai indikator rasionalisasi. Dalam jurnal, penelitian yang berjudul “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle” menggunakan teori  keagenan dan teori triange fraud sebagai landasan teorinya. Akan tetapi, ada teori lain yang dapat digunakan yaitu : Teori GONE  (GONE Theory), Teori Monopoli (Klinggard Theory), Teori C=N+K, Teori French dan Raven, Teori Dr. Steve Albrecht, Teori Ramirez Torres, dan Teori Richard C. Hollingger dan Jonh P. Clark.  Ada beberapa variable lainnya yang dapat digunakan untuk memprediksi laporan keuangan yaitu : Aktivitas pengendalian, sistem kompensasi, moralitas, motivasi, sistem pengendalian intern yang efektif,  external pressure, personal financial need dan nature of industry.
                Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi stakeholder, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan pemakai laporan keuangan mengenai cara mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan, memotivasi perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang bebas dari kecurangan dan salah saji yang material, serta sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa terkait dengan berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan.










DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Tetty, dkk. 2015. Deteksi Kecurangan laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud
                Triangle. Jurnal Ilmiah Akuntansi & Humaniora, Vol 4 No 2.
Arens, Alvin A., R.J.Randal, M.S. Beasly dan A.A. Jusuf.2011. Jasa Audit dan Assurance
                Pendekatan terpadu (Adaptasi Indonesia) Buku 1. Jakarta : Salemba Empat
Astarani, Juanda dan Adelsi Angelita. Analisis Pengaruh Peranan Badan Pengawas,
                Aktivitas Pengendalian, dan Sistem Kompensasi terhadap Kecenderungan
                Kecurangan Akuntansi. Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi
                Universitas Tanjungpura. Vol. 3, No. 2, (Desember 2014): 43-64.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Kurniawan, Gusnardi. 2013. Artikel “Pengaruh Moralitas, Motivasi dan Sistem
Pengendalian Intern Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan”. Padang :
Universitas Negeri Padang
Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
                Kecurangan (Fraud) : Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Fakultas Ekonomi
                Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Tjahjono, Subagio dkk. 2013. Business Crime  and Ethics. Yogyakarta: C.V Andi Offset.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar